Kamis, 22 Maret 2012

Sudahkan kita beriman

Innal hamda lillah...
Hari ini saya sangat bersyukur terhadap nikmat yang telah Allah berikan hari ini....
Allah masih memberikanku nafas, hidup, dan juga nikmat terhebat selama hidupku, yaitu imaan.
Kawan, ada satu kalimat yang membuatku terhenyak ketika membacanya...
Orang-orang Arab Badwi itu berkata: “Kami telah beriman”. Katakanlah (kepada mereka): “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah kami telah tunduk”, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu, dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikitpun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. QS. Al Hujuraat : 14.

Kalimat itu sungguh menggetarkan hatiku... Bagaimana tidak seseorang yang sudah mengucap syahadat saja dianggap masih belum beriman. Sungguh membuatku miris terhadap diriku sendiri. Di ayat selanjutnya Allah berfirman :


Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar. QS. Al Hujuraat : 15


Mungkin inilah salah satu ayat yang dapat menjelaskan bagaimana orang-orang yang beriman itu. Sungguh berat pengorbanan mereka, orang-orang yang beriman terhadap hidupnya.
Dari beberapa sumber yang saya dapatkan di internet, saya mendapatkan tafsiran dari ayat ini seperti berikut ini


Orang-orang arab Badui itu berkata: yang dimaksud adalah segolongan dari kalangan Bani Asad (”kami telah beriman”) yakni hati kami telah beriman. (Katakanlah) kepada mereka : (”kalian belum beriman, tapi katakanlah : ’kami telah berserah diri”), artinya, kami telah tunduk secara lahiriah, (karena masih belumlah) yakni masih belum lagi (iman masuk ke dalam hati kalian) sampai sekarang hanya saja hal itu baru merupakan dugaan bagi kalian (dan jika kalian taat kepada Allah dan Rosul-Nya) yakni dengan cara beriman yang sesungguhnya dan taat dalam segala hal (Dia tidak akan mengurangi) dia tidak akan mengurangkan (amal-amal kalian) yakni pahala amal-amal kalian (barang sedikitpun; sesungguhnya Allah Maha Pengampun) kepada orang-orang mu’min (lagi Maha Penyayang.”) kepada mereka. (Al-Hujurat:14).
Ayat di atas menurut As-Suddi berkenaan dengan kedatangan Arab Badui yang disebutkan dalam surah Al-Fath, yaitu orang Badui Muzainah, Juhainah, Aslam, Gifar, Ad-Dil dan Asyja. Mereka berkata ”kami beriman ” dengan tujuan supaya aman jiwa dan hartanya. Namun ketika merka dikerahkan oleh orang-orang kafir untuk memerangi Madinah, ternyata mereka ingkar dari imannya. Kemudian Rasulullah mengajarinya kepada mereka katakanlah ”kami menyerah dan tunduk”. Hal ini merupakan ajaran kesepanan Nabi kepada orang Arab, yang imannya masih lemah. Rasulullah tidak mengatakan ”dusta kamu sekalian” (kazabtum), tetapi dengan kata Quluu aslamna (ucapkanlah olehmu tunduk).
Ayat 14 merupakan indikator proses, yakni indikator komitmen diri kepada Allah dan Rosul-Nya. Indikator proses dapat diindikasikan oleh ketaatan kepada ajaran yang dibawa oleh Rosullulah. Ajaran teresebut merupakan tatanan sistem dimana terjadinya sebuah bangunan yang menyatu dan utuh, yakni bangunan keyakinan dalam hati, kemudiannya satunya hati dengan ucapan lisan dan diwujudkan dalam amaliah.
Orang-orang yang percaya kepada Allah yang Maha Kuasa dan pengasih menyadari bahwa tunduk kepada kehendak-Nya adalah bijaksana. Mereka menghargai bimbingan yang Ia berikan melalui para utusan yang dipercayakan dengan pengetahuan ilahi. Beberapa utusan ini diakui oleh beberapa dari agama-agama dunia yang utama. Misalnya 800 juta lebih penganut agama islam menganggap tokoh Yahudi-Kristen Adam, Nuh, Abraham, Musa, Daud dan Yesus sebagai Nabi-nabi utama dari Allah. Namun yang ke tujuh, mereka percaya, telah di angkat lebih tinggi dari utusan-utusan yang lain Sang Nabi Muhammad.
Nama islam mempunyai arti penting, karena ini menyatakan ketundukan atau penyerahan diri dalam konteks ini, kepada hukum dan kehendak Allah. Orang yang menempuh jalan ketundukan dan penyerahan diri ini disebut seorang ”muslim,” bentuk kata kerja aktif dari islam. Pribadi yang ditaati oleh kaum muslim adalah Allah. Allah SWT berfirman :
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rosul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (Al-Hujurat:15)
Iman yang benar adalah beriman kepada Allah dan Rosul-Nya, kemudian tidak ragu-ragu dan kukuh dalam keimanan serta berjihad, rela berkorban dalam membela Agama Allah, demi berharap Ridha-Nya. Iman yang tidak benar seperti ditunjukan oleh Arab Badui iman yang lemah yang hanya muncul dalam mulutnya saja, untuk meminta perlindungan agar harta dan jiwanya tetap selamat.
Indikator proses pada ayat 14 didefinisikan melalui indikator kunci pada ayat 15, yakni adanya kerelaan memobilisasi sumber daya yang meliputi sumber daya manusia, sumber daya kapital, sumber daya buatan dan sumber daya alam. Dengan kata lain iman yang benar adalah memberi atau rela berkorban (pikiran, tenaga, waktu dan kekayaan bahkan jiwa sekalipun). Sebaliknya iman yang tidak benar adalah meminta balasan berupa fasilitas, kududukan, pangkat dan kehidupan dunia, artinya keimanan yang disertai dengan motivasi bukan selain keridoaan Allah SWT

 Sumber :
 http://fahunavril.blogspot.com/2010/06/tafsir-surat-al-hujurat-ayat-14-17.html
http://e-quran.dekrizky.info/al-hujurat.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar