Kamis, 23 Februari 2012

Iman, Kunci Kejayaan yang Dilupakan


                Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS.An Nuur:55)
                Ketika saya pertama kali membaca ayat ini saya begitu tertegun dan bahkan terheran-heran. Mengapa? Karena ayat ini begitu kontradiktif dengan kehidupan umat islam pada saat ini. Dalam ayat itu diceritakan bahwa Allah pasti menanjikan kemenangan bagi “orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh” dengan kemenangan yang begitu mutlak. Tapi ketika saya melihat realita kaum muslimin kini, terbersit satu pertanyaan di hati saya. Apakah kita bukanlah termasuk “orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh”? Jika bukan golongan tersebut siapakah kita?
                Akhirnya saya menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut dalam QS. Al Hujuraat ayat 14 yang berbunyi
Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman." Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; esungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."  QS.Al Hujuraat : 14.
Saya semakin paham mengapa kaum muslimin sekarang mengalami keterbelakangan yang begitu jauh. Hal ini dikarenakan mereka hanya beriman dalam ucapan dan hal itu belum memasukkan mereka dalam golongan orang-orang yang beriman, padahal yang dijanjikan untuk memperoleh kemenangan oleh Allah adalah kaum  mu’minin.
Hal ini begitu menyesakkan hati saya dan saya juga mulai berpikir jangan-jangan saya juga termasuk “golongan arab badui” tersebut, yang hanya mengaku beriman padahal tidak melakukan ajaran-ajaran di dalam ad-dien secara kaffah. Akhirnya saya memutuskan untuk mencari referensi tentang bagaimana karakteristik orang-orang yang beriman. Akhirnya saya menemukan beberapa karakteristik dari orang-orang yang beriman.
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman”. “(yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat , dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka dan budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela , barang siapa yang mencari di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas, Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara shalatnya. ” (Al-Mu’minun : 1-9)
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama All] gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.QS. (Al Anfaal : 2-4)
Abdullah bin Fahd As Sallum di daam bukunya berjudul “Idza sahhal iman” yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Agus Hasan Bashori, Lc., M.Ag dengan judul “Dahsyatnya Energi Iman yang Benar” menjelaskan beberapa karakteristik iman yang sudah benar, antara lain:
1.       Instropeksi Diri
2.       Zuhud dalam urusan dunia
3.       Memperhatikan amalan hati
4.       Jujur dalam persaudaraan
5.       Mencari ridha Allah
6.       Dzikir kepada Allah
7.       Bergantung hanya kepada Allah
8.       Melaksanakan dakwah kepada Allah
9.       Mengosongkan diri dari selain Allah
10.   Menegakkan hakikat shalat
11.   Mengagungkan Allah dan bermuamalah dengan-Nya seperti muamalahnya orang yang jujur, takut dan malu.
12.   Hati akan tertambat dengan Surga
13.   Merenungkan Al Qur’an yang mulia dan menempatkannya pada kedudukan yang agung
14.   Ridha atas putusan takdir
15.   Mendapat kemenangan atas para musuh
16.   Menghargai waktu
17.   Merasa bahwa Allah telah mencukupinya
18.   Cinta kepada Allah
19.   Ilmu yang bermanfaat
20.   Bersyukur.
Sebagai penutup dari esai ini saya akan mencuplik kalimat dari Sa’ad bin Mu’adz sebagai salah satu pimpinan kaum Anshar ketika Rasulullah s.a.w mengabarkan kepada mereka rencana perang Badar.
"Sesungguhnya saya berbicara mewakili orang-orang Anshar dan menjawab atas nama mereka, maka berangkatkanlah kami ke mana anda menghendaki. Hubungilah orang yang anda kehendaki. Putuslah orang yang anda kehendaki. Ambillah dari harta kami apa yang anda kehendaki. Berikanlah kepada kami apa yang anda kehendaki. Apa yang anda ambil adalah lebih kami sukai daripada apa yang anda tinggalkan. Apa saja yang anda perintahkan, maka kami hanya mengikut perintah anda. Demi Allah seandainya anda berjalan hingga mencapai Bark dari Ghimdan pasti kami berjalan mengikuti anda. Seandainya anda menawarkan kepada kami untuk menyeberangi lautan ini, niscaya kami menyeberangi bersama anda. "(HR. Ibn Abi Syaibah).
Apa seperti demikian ini kita?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar